Sastra Indonesia
Sastra
Indonesia, adalah sebuah
istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama
dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra
Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga
secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa
Indonesia adalah satu turunannya). Dengan
pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang
dibuat di wilayah Melayu (selain
Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal
di Singapura.
Sastra
Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Secara urutan
waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
- Angkatan
Pujangga Lama
- Angkatan
Sastra Melayu Lama
- Angkatan Balai
Pustaka
- Angkatan
Pujangga Baru
- Angkatan
1945
- Angkatan
1950 - 1960-an
- Angkatan
1966 - 1970-an
- Angkatan
1980 - 1990-an
- Angkatan
Reformasi
- Angkatan
2000-an
Pujangga Lama
Pujangga lama
merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan
sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik
dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera
dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting
berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang
pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII
muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya
Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf
Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
Karya Sastra Pujangga Lama
Sejarah
- Sejarah Melayu (Malay
Annals)
Hikayat
|
|
Syair
- Syair
Bidasari
- Syair Ken Tambuhan
- Syair Raja
Mambang Jauhari
- Syair Raja
Siak
Kitab agama
- Syarab al-'Asyiqin (Minuman
Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
- Asrar
al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
- Nur
ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin
Pasai
- Bustan
as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di
Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah
Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
|
|
Angkatan Balai Pustaka
Abdul Muis sastrawan
Indonesia Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai
Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang
dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan
drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka
didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan
liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan
pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka
menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam
jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja
Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa
tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah
dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah
"novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik
pusatnya.[2]
Pada masa ini,
novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup
penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi
kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak
diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan
Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
Pujangga Baru
Sutan Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru
Pujangga Baru
muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka
terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya
sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu,
terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra
di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang,
menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra
Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya
Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting
sebelum perang.
Masa ini ada
dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
- Kelompok
"Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah
- Kelompok
"Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
|
|
Angkatan 1945
Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945
Pengalaman
hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan
'45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini
banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya
puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan
angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan
Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin
bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak
Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
- Chairil
Anwar
- Kerikil Tajam (1949)
- Deru Campur Debu (1949)
- Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan
Chairil Anwar
- Tiga Menguak Takdir (1950)
- Achdiat K. Mihardja
- Atheis (1949)
- Utuy Tatang Sontani
- Suling (drama) (1948)
- Tambera (1949)
- Awal dan Mira - drama
satu babak (1962)
- Suman Hs.
- Kasih Ta' Terlarai (1961)
- Mentjari
Pentjuri Anak Perawan (1957)
- Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
Pramoedya Ananta Toer novelis generasi 1950-1960
Angkatan 50-an
ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan
ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan
puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan
ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah
perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di
Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan
mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir
pada tahun 1965 dengan pecahnya
G30S di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 1966 - 1970-an
Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966
Angkatan ini
ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang
sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran
surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya
sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk
paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan
Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak
lagi yang lainnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
Angkatan 1980 - 1990an
Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980
dan 1990
Karya sastra di
Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa
angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira
Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan
Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi
Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini
(Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai.
Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah
kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai
konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan
Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi
romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam
novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era
1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak
boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop,
yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh
generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
berat.
Ada nama-nama
terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
- Ahmadun Yosi Herfanda
- Ladang Hijau (1980)
- Sajak Penari (1990)
- Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
- Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
- Sembahyang Rumputan (1997)
- Arswendo Atmowiloto
- Canting (1986)
- Hilman Hariwijaya
- Lupus - 28 novel (1986-2007)
- Lupus Kecil - 13
novel (1989-2003)
- Olga Sepatu Roda (1992)
- Lupus ABG - 11
novel (1995-2005)
- Dorothea Rosa Herliany
- Nyanyian Gaduh (1987)
- Matahari yang Mengalir (1990)
- Kepompong Sunyi (1993)
- Nikah Ilalang (1995)
- Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
- Gustaf
Rizal
- Segi Empat Patah Sisi (1990)
- Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
- Ben (1992)
- Kemilau
Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
- Remy
Sylado
- Ca Bau
Kan (1999)
- Kerudung Merah Kirmizi (2002)
- Afrizal
Malna
- Tonggak
Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
- Yang
Berdiam Dalam Mikropon (1990)
- Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991)
- Dinamika
Budaya dan Politik (1991)
- Arsitektur Hujan (1995)
- Pistol Perdamaian (1996)
- Kalung dari Teman (1998)
Angkatan Reformasi
Seiring
terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman
Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan
Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya
sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka
rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas
pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak
bertema sosial-politik.
Sastrawan
Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada
akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai
pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi,
cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh
dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media
online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan
sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
Angkatan 2000-an
Andrea Hirata salah satu novelis tersukses pada dekade pertama abad
ke-21
Setelah wacana
tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil
dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana
tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang
Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus
lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie
ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an,
seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an,
seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
- Dewi
Lestari
- Supernova 1: Ksatria, Puteri dan
Bintang Jatuh (2001)
- Supernova 2.1: Akar (2002)
- Supernova 2.2: Petir (2004)
- Raudal Tanjung Banua
- Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
- Ziarah bagi yang Hidup (2004)
- Parang Tak Berulu (2005)
- Gugusan Mata Ibu (2005)
- Habiburrahman El Shirazy
- Ayat-Ayat Cinta (2004)
- Diatas Sajadah Cinta (2004)
- Ketika
Cinta Berbuah Surga (2005)
- Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
- Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
- Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
- Dalam Mihrab Cinta (2007)
- Andrea
Hirata
- Laskar Pelangi (2005)
- Sang
Pemimpi (2006)
- Edensor (2007)
- Maryamah Karpov (2008)
- Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
- Ahmad
Fuadi
- Negeri 5 Menara (2009)
- Ranah 3
Warna (2011)
- Tosa
- Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
- Melan Conis (2009)
Diunduh
dari Wikipedia pada 12 November 2011 Pukul 14:19 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar