Minggu, 17 November 2013

Tak ada, sekali lagi tak ada, sesuatu pun yang tak bisa kau raih kalau kau sungguh-sungguh ingin meraihnya. Pilihan ada di tanganmu, selalu dan selalu akan begitu, setialah pada pilihanmu. Jujurlah terhadap dirimu sendiri, maka kau akan selalu baik-naik saja. (Dave Pelzer) #lakukan apa yang harus kau lakukan.
Tuhan adalah penulisnya. Dia adalah penulis cerita saya. Jadi tak ada lagi yang perlu saya khawatirkan. Saya jalani saja semua dengan baik. Melakukan apa yang harus saya lakukan. (Sandra Debora) Bukankah "sesuatu" itu akan kelihatan berbeda jika kau melihat dari atas langit, sedang dirimu melihat dari balik jendela rumahmu, itu sama sekali berbeda. (Farah Aida) #keduanya finalis LMCR 2012

Selasa, 12 November 2013

Penilaian Otentik sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Oleh Yeti Islamawati, S.S Masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan rendahnya mutu proses dan hasil pendidikan. Perhatikan fenomena berikut ini. Pasa saat pengumuman kelulusan, biasanya yang ditanyakan pertama kali oleh kebanyakan orang adalah “Lulus tidak? Nemnya berapa?” Bukannya “Lulus tidak? Bagaimana prosesnya? Hal utama harus kita pahami adalah bahwa belajar itu bukan semata-mata untuk mencari nilai namun untuk mendapatkan pengetahuan. Oleh karenanya, pembelajaran harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Dengan kata lain, produk belajar siswa bersifat kontekstual. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Menjadi poin penting, proses untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri perlu didokumentasikan. Inilah yang akan dibahas lebih lanjut oleh penulis, yaitu penilaian otentik. Secara umum penilaian mempunyai peran penting, antara lain: menggambarkan sejauh mana siswa telah menguasai suatu kompetensi, mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu memahami kemampuan dirinya, menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa, sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remidial atau pengayaan, menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya, dan sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan siswa. Penilaian otentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan siswa sebagai individual learner (pembelajar mandiri). Penilaian otentik bisa juga diartikan sebagai adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, penilaian ini tidak dilakukan di akhir periode saja (akhir semester). Kegiatan penilaian dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian otentik dilakukan secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai memang demikian yang sesungguhnya terjadi dan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi penilaian otentik menilai kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan penilaian otentik sangat erat hubungannya dengan kompetensi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2011: 23) bahwa tujuan penilaian otentik itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya peserta didik berpartisipasi dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal. Berdasarkan pemahaman ini penilaian otentik pada prinsipnya mengukur aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (Abidin, 2012: 168-169) Adapun hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa menurut Nurhadi (2004: 174) adalah proyek/kegiatan dan laporannya, hasil tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan), portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun), pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa , demonstrasi, laporan, jurnal, karya tulis, kelompok diskusi, dan wawancara. Menerapkan model penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Menurut Diane Hart, dalam pengantar yang sangat baik pada: A Handbook untuk Pendidik menyatakan berbagai kelebihan penggunaan model penilaian otententik, yaitu: 1) Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurang rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat menggganggu harga dirinya; 2) Penilaian otentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik; 3) Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa; 4) Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang. 5) Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa untuk mengajar. 6) Guru memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain melalui program pengujian tradisional. keterlibatan ini lebih mungkin untuk memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan dan sasaran program. 7) penilaian otentik menyediakan informasi yang berharga kepada guru pada kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi. 8) Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik dari persentil abstrak, perangkingan, dan pengukuran lain tes standar. Dari paparan yang telah dijabarkan, dapat kita ketahui bahwa dengan penerapan penilaian otentik, siswa dapat mencetak nilainya sendiri, dalam artian menentukan target nilai yang ingin dicapainya. Misalnya siswa ingin mendapatkan nilai 9, dia akan mengetahui langkah yang harus dilakukan selama proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar sehingga nilai 9 itu didapat. Untuk mendapatkan gambaran nilai di setiap kegiatan, siswa dapat memantau hasil “kerjanya” sendiri, -baik itu dalam penilaian kinerja, wawancara lisan, pertanyaan terbuka, ulasan peajaran, portofolio, maupun proyek- melalui lembar penilaian otentik. Dengan demikian, siswa akan terdorong untuk melakukan kegiatan secara maksimal sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Inilah benang merah antara penerapan penilaian otentik dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Referensi Abidin, Yunus, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. http://gurupembaharu.com/home/penilaian-autentik/ http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html http://artikel-uptd.blogspot.com/2012/10/penyusunan-konsep-penilaian-otentik.html (diunduh pada 4 Juni 2013 pukul 09.00 WIB)

Berguru pada Murid

Keberhasilan murid dalam menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru ditentukan oleh banyak faktor, hanya saja yang paling dominan adalah guru dan murid. Keduanya dapat diibaratkan dua sisi keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan, di mana harus bersinergi agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, ketika mengajar, saya mencoba menempatkan saya di posisi mereka, kira-kira guru seperti apa yang mereka inginkan? Model bagaimana dan menggunakan media apa? Saya sering menyampaikan kepada murid untuk memberikan kritikan atau masukan, tentang strategi mengajar yang mereka inginkan. Seringkali murid memberikan argumentasi yang bervariasi, sehingga saya harus menyimpulkan strategi yang kira-kira mendekati keinginan mereka. Hal ini karena model pembelajaran yang digunakan adalah klasikal, sehingga harus ada penyeragaman materi, metode, media, maupun ketersediaan waktu. Jadi pembelajaran tersebut bukan hanya mengikuti selera beberapa murid saja, namun selera kelas, walau tidak menafikan adanya perbedaan titik tekan. Kaitannya dengan efektivitas dan efisiensi mengajar di kelas, saya pernah melakukan survai terhadap murid saya tenang guru yang mereka inginkan. Secara garis besar hasil survai tersebut menunjukkan sebagai berikut: 1. Murid menginginkan guru yang dapat menerangkan dan menjelaskan hingga paham, dalam bahasa Jawa sampai “dong” hingga nantinya mengatakan “ooo, begitu tho.” yang berarti indikator pembelajaran tercapai. Nah caranya bagaimana? Ini PR buat para guru. 2. Murid menginginkan guru yang adil. Maksudnya tidak pilih kasih, hanya yang pintar saja yang diperhatikan, namun yang kurang pintar diabaikan. Termasuk adil di sini adalah dalam memberikan hukuman Guru memang dituntut kesabarannya ketika ada anak yang masih bertanya dan minta dijelaskan lagi perihal yang mereka belum mengerti. meskipun materi tersebut dianggap mudah oleh sebagian murid. 3. Guru yang diinginkan adalah guru yang memiliki kepedulian dan perhatian kepada murid. Guru harus memiliki jiwa asih, asah, dan asuh terhadap semua murid, terutama mereka yang memiliki problematika kehidupan pribadinya. Bahkan ada kalanya guru harus memposisikan diri sebagai kakak dalam mengungkap suatu kasus atau dalam melakukan pendampingan. 4. Guru hendaknya memiliki sifat dan sikap yang baik seperti, ramah, tidak pelit, tidak sombong, bersemangat, bijaksana, menjaga kebersihan, dan kerapian. Memberikan contoh jauh lebih efektif daripada sekedar nasihat belaka. Sebagai contoh, kalau mau jujur masih banyak guru yang merasa tabu untuk mengatakan kepada murid bahwa “Materi ini saya belum tahu”, lalu mengatakan ini PR buat saya, lain kali akan saya jelaskan. Padahal hal tersebut secara implisit mendidik murid untuk bersikap jujur. Walaupun kita semua tahu bahwa seorang guru juga memiliki keterbatasan keilmuan. 5. Murid menyukai guru yang humoris kalau bahasa mereka: ga garing ga kaku, ga spaneng, ga jutek, ga cuek, gokil, gaul, nyambung, ga dingin, seru, mau diajak bercanda, up to date. 6. Dalam memberikan materi pelajaran, guru yang tidak disukai murid antara lain: overdosis dalam memberikan tugas dan PR, suka main perintah- sementara gurunya santai-santai-. Murid juga tidak suka guru yang galak -membentak-bentak hingga membuat otak blank-, sering menyindir, membeberkan kesalahan murid di depan kelas, menyalahkan tanpa disertai dengan alasan. Meskipun demikian, sikap tegas, berwibawa, dan disiplin tetap diperlukan, terutama dalam mengkondisikan siswa agar kelas menjadi kondusif. 7. Murid menginginkan guru yang pandai. Seorang guru dikatakan pandai jika ia piawai dalam memanage kelas pada saat KBM berlangsung. Hal ini dapat diaktualisasikan dalam penguasaan materi, penggunaan media pembelajaran yang baik, serta penggunakan model mengajar yang bervariasi? Seorang guru dituntut untuk banyak ide dan kreatif. Untuk itu, membaca menjadi harga mati, tidak hanya membaca buku, namun juga membaca situasi dan kondisi. 8. Murid tidak suka guru yang keminter dalam artian serba tahu -sementara murid dianggap tidak tahu-. Padahal kita menyakini bahwa dari rumah mereka pasti sudah mempunyai pengetahuan. Selanjutnya, dalam menerangkan sampai jelas, tidak berarti harus berlama-lama, karena justru bisa jadi menjadi bertele-tele dan membosankan. Apalagi jika guru hanya sibuk menerangkan tanpa melihat audience. sehingga banyak murid yang mengantuk, ramai, atau bahkan cuek karena merasa tidak diperhatikan. Dalam hal ini seorang guru dituntut dapat menerangkan dengan singkat, jelas, tapi murid paham. Kondisi seperti ini mudah ketika guru terbiasa menyampaikan konsep, bukan sekedar hafalan belaka sehingga penyerapan ilmu akan efektif. Hal-hal dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan KBM. Poin penting yang perlu kita garis bawahi adalah ketika murid diberikan sebuah kepercayaan bahwa mereka adalah patner terbaik kita, insya Allah mereka akan menjadi pribadi yang percaya diri. Inilah contoh konkrit asyiknya menjadikan murid sebagai guru.

Bantul yang Eksotis

Tak cukup satu hari untuk menjelajahi Bantul. Sebuah kabupaten di belahan selatan provinsi DIY. Ada banyak tempat yang dapat disinggahi. Dari tepi pantai, kota, hingga daerah pegunungan. Bantul memiliki beberapa tempat yang eksotik, mari kita merapat lebih dekat. Pantai- Pantai yang Indah Sebut saja Pantai Parangtritis yang cukup kesohor. Tipografi pantainya yang landai, cocok untuk bermain sepuasnya dengan air laut. Lalu duduk dan tengoklah arah Timur, menjulang bukit kapur yang eksotik. Kalau ingin menjelajahi pantai dengan santai dapat menaiki bendi. Pantai Depok yang berada di sebelah Barat Pantai Parangtritis khas dengan kulinernya. Manjakan lidah selagi di sana, sambil menikmati alunan debur pantai. Ikan yang dijual di sana juga segar. Ke Barat lagi ada Pantai Samas terletak di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, sekitar 24 km selatan Yogyakarta. Pantai Samas terkenal dengan ombaknya yang besar, delta-delta sungai, dan danau air tawar yang membentuk telaga. Oleh Sub Dinas Perikanan Propinsi DIY, telaga-telaga tersebut digunakan untuk pengembangan perikanan, penyu dan udang galah serta untuk lokasi pemancingan. Selain ombaknya yang besar, pantai Samas terkenal dengan angin lautnya yang kencang dan bibir pantai yang curam. Pantai Patehan, cukup sepi, namun kalau dilihat lebih teliti, pantai ini indah lho. Lebih datar dari Kuwaru. So, lebih nyaman untuk bermain air. Selain itu, di sini ada mercusuar berwarna putih. Di Pantai Goa Cemara merupakan pantai yang sejuk. Tidak percaya? Tidak akan terasa panas saat duduk di rerimbunan pohon cemara udang sambil melihat laut lepas. Ada juga kolam renang dan arena tempat bermain anak. Pantai Kuwaru, belakangan ini banyak diekspos, terletak di Dusun Poncosari, Kecamatan Srandakan, sekitar 29 km dari Yogyakarta. Di pantai ini tumbuh banyak pohon akasia dan pohon cemara. Ada juga arena bermain anak, arena outbond, dan kuliner di sini. Di Pantai Pandan Simo ada tempat perlelangan ikan. Ini paling dekat dengan Kali Progo yang menjadi pemisah antara kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Berwisata di Pusat Kota Bantul Kalau di Bandung ada Cibaduyut, tempat kita berbelanja, maka di Bantul ada Manding sentra kerajinan kulit. Ada banyak tas, sepatu, dompet, sabuk, yang siap dipilih. Terletak di jalan Paratritis KM 11 dusun Manding Sabdodadi. Tak jauh dari Manding ada Pasar Seni Gabusan, yang merupakan pusat penjualan barang-barang kerajinan dari seluruh pelosok Bantul. Mulai dari barang kerajinan berbahan baku kulit, kayu, logam, tanah, hingga barang kerajinan yang terbuat dari tanaman enceng gondok. Kesemuanya dengan harga terjangkau. Di Seberang Gabusan ada waterpark bernama Grand Puri Waterpark, terbesar di DIY yang tergolong masih baru. Fasilitas yang ada berbagai jenis permainan air, slide untuk anak-anak dan dewasa, kolam arus untuk keluarga, Food Court menyediakan jenis makanan dan minuman khas Yogyakarta dan Indonesia. Ke Utara sedikit lagi ada Tembi, Rumah Budaya. Musium di sini berupa peralatan tradisional masyarakat jawa, seperti: peralatan dapur (tungku, dandang), persenjataan masyarakat jawa (keris, tombak), peralatan untuk bertani (bajak), peralatan seni (gamelan, batik). Di dalam museum juga terdapat koleksi sepeda maupun sepeda motor kuno, poster kuno, foto-foto kuno, Fasilitas yang tersedia di Museum Rumah Budaya Tembi, selain berbagai macam koleksi dan perpustakaannya, juga terdapat ruang pameran, meeting room, tempat penginapan, restauran, kolam renang, dan pendopo yang lengkap dengan satu set gamelan. Eloknya Wisata Pegunungan Bantul Pasti sudah banyak yang mendengar tentang Makam Imogiri, yang merupakan kompleks permakaman. Permakaman ini dianggap suci dan kramat karena yang dimakamkan disini merupakan raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu. Sehingga Anda dapat melihat makam ini setelah menaiki undhak-undhakan (tangga) yang cukup tinggi. Lelah jalan-jalan, bisa menikmati segarnya wedang uwuh dan jajanan khas seperti emping telo dan kalau sedang musim ada banyak jambu monyet. Tak jauh dari sini ada Kebun Buah Mangunan, yang terletak di Desa Mangunan, Kec. Dlingo Di sini dapat kita lihat berbagai macam buah-buahan yang tertata apik antara lain duku, manggis, durian, mangga, rambutan, kelengkeng dll. Fasilitas yang ada disini antara lain Penginapan/Homestay, Kolam renang, Jalan Setapak, Gedung pertemuan, MCK. Nah, ada satu tempat lagi yang harus anda singgahi yaitu gardu pandang yang letaknya tepat di sebuah perbukitan (satu jalur dengan kawasan Kebun Buah Mangunan). Goa Cerme berasa 10 km dari Imogiri. Bagi yang berjiwa petualang, di sinilah tempatnya. Pintu masuk goa terletak di dusun Srunggo, Selopamioro, Imogiri. Panjang goa mencapai 1,5 km yang tembus hingga sendang di desa Ploso, Giritirto, Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Untuk mencapai depan gerbang Goa, pengunjung harus mendaki bukit dengan menaiki sekitar 759 anak tangga. Di Pegunungan sebelah Barat Bantul, ada Goa Selarong. Inilah dulu tempat bersembunyinya Pangeran Diponegoro ketika zaman penjajahan Belanda. Di sinilah beliau menghimpun kekuatan dan menerapkan taktik perang gerilya. Oya, ada yang terlewat. Sebelum mencapai Goa Selarong, melewati pusat kerajinan gerabah Kasongan Di sini Anda dapat berbelanja berbagai macam guci, pot bunga, dan aneka kerajianan gerabah lain. Dapat pula menyaksikan proses pembuatannya. Makanan Khasnya… Bantul terkenal dengan geplak. Makanan yang terbuat dari kelapa muda dengan aneka rasa. Ada rasa gula jawa, rasa buah-buahan, dan vanili. Ada pula makanan berasa manis yang dinamakan yangko, terbuat dari tepung ketan. Untuk yang rasa gurih, ada peyek mbok tumpuk. Peyek ini benar-benar unik karena bentuknya memang bertumpuk-tumpuk. Tentang kerenyahan, tidak perlu diragukan. Ada lagi gudeg manggar. Manggar itu bunga pohon kelapa yang masih muda. Rasanya lezat. Hal lain yang ada di Bantul… Di kecamatan Kasihan Bantul ada miniatur masjid Baiturrahman. Peresmian masjid ini bahkan dihadiri oleh pejabat dari NAD. Sama persis modelnya, tapi ukurannya lebih kecil. Kalau sedang ada lomba pacuan kuda, dapat kita saksikan di komplek Stadion Sultan Agung. Biasanya memperebutkan piala Sri Sultan HB. Di Kecamatan Pleret ada museum purbakala, yaitu Museum Purbakala Pleret yang berada di Dusun Kedaton, kecamatan Pleret walaupun belum resmi dibuka. Namun bisa dilihat dari luar. Tradisi Majemukan terdapat di Desa Giriloyo, Imogiri, Tradisi pesta Rajab ini merupakan ritual tahunan yang sudah ada sejak jaman nenek moyang. Majemukan merupakan tradisi tahunan untuk mensyukuri nikmat Tuhan atas hasil panen pertanian warga. Puncak acara tradisi majemukan di desa yang berada sisi selatan makam raja - raja Mataram di Nunggoloh ini diisi lantunan shalawat diiringi tarian menggunakan kipas. Biasanya yang menari pada pemuda dan berlangsung hampir semalaman.

Ada Begitu Banyak Orang Baik yang Tak Kita Kenal dan Tak Pernah Kita Kenal

* Yeti Islamawati Kisah pertama... Di Baqi’ sebuah kampung kecil di pinggiran kota Madinah, Rasulullah saw. seperti biasa menyampaikan nasehat-nasehatnya, “Siapa yang pada hari ini mengeluarkan shadaqah, maka aku akan memberikan kesaksian baginya di sisi Allah pada hari kiamat.” Tak lama datang seorang penduduk. Orang itu begitu hitam kulit mukanya, paling pendek di antara penduduk yang lain. Bahkan lelaki itu dianggap paling hina di antara mereka. Lelaki itu datang membawa seekor unta yang sangat bagus. Tidak ada seekor unta pun yang lebih bagus dari unta miliknya. “Apakah unta ini untuk shadaqah?” tanya Rasulullah saw. “Benar wahai Rasulullah.” jawab lelaki itu. Pada saat itu, ada orang yang berkomentar mengejeknya, ”Dia menshadaqahkan untanya? Padahal unta itu lebih bagus dari dirinya?” Mendengar perkataan itu, Rasulullah saw. tidak senang dan berkata, ”Kamu sangat keliru, itu tidak benar. Bahkan orang ini lebih baik dari dirimu dan untanya. Engkau keliru.” Rasulullah saw. bahkan mengulang perkataan itu tiga kali. Lalu menambahkan, ”Beruntunglah orang yang zuhud, dan juga berusaha, beruntunglah orang zuhud dan juga berusaha.” Kisah kedua... Ia adalah seorang penggembala kambing. Ia belajar kehidupan di lingkungan Badui atau pedesaan. Kalau dia berjalan di padang sahara, dan ada angin bertiup kencang, dia akan jatuh. Dia seorang yang berbadan kurus, ringan berat badannya, tinggi tubuhnya seperti seorang yang sedang duduk padahal dia sedang berdiri. Seakan mata kepala tidak dapat melihatnya tatkala ia berada di keramaian. Ia tidak punya tempat atau kedudukan di antara orang-orang yang berharta, tidak juga memiliki fisik yang bagus seperti orang-orang lain bahkan ia pun tidak mempunyai kedudukan apapun di masyarakatnya. Pendek kata, harta tak punya, postur tubuh kurus kerempeng, kedudukan tidak ada. Dikisahkan juga dia memiliki dua betis yang teramat kecil. Suatu ketika ia memanjat pohon, untuk mengambilkan Rasulullah saw. ranting pohon tersebut, namun saat itu para sahabat menertawakan betisnya yang kelihatan dan teramat kecil, kemudian Rasulullah saw. Bersabda: “Apa kalian menertawakan dua betisnya Ibnu Mas’ud?!, Sungguh kedua betisnya itu lebih berat timbangannya di sisi Allah SWT. Daripada gunung Uhud!!” Rasulullah saw. Justru memujinya. Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda kepadanya: “Bacakan Al-Qur’an padaku!!” Dia berkata: “Apakah saya membacakannya padamu (Al Qur’an) sedangkan ia telah diturunkan kepadamu?” Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari selainku.” Akhirnya pada masa pemerintahan Umar bin Khattab r.a. ia diangkat menjadi gubernur Kuffah. Begitulah... Dua kisah nyata di atas adalah fragmen tentang orang baik yang dilecehkan pada awalnya... Pada masa sekarang ini orang banyak yang sering salah menilai, salah mengukur mengenai kriteria orang yang baik itu. Mungkin ada yang berpikir ketenaran adalah bagi orang yang sering masuk TV. Atau berbangga dengan fisik yang dimiliki. Lihatlah iklan-iklan kosmetik sering begitu gentol mempromosikan bahwa untuk menjadi sasaran perhatian maka orang itu harus memiliki tubuh yang tinggi, berkulit putih, berparas cantik dan memiliki tubuh yang molek. Padahal tidaklah demikian cara untuk menjadi seseorang yang berarti. Karena bagaimanapun fisik itu ciptaan Allah. Tatkala ada yang menghina menghina, berarti sama juga dengan menghina yang menciptakannya... Ada berjuta orang baik yang tidak kita kenal dan tak pernah kita kenal. Ada banyak orang yang lebih mulia, lebih terhormat, lebih banyak ibadahnya, lebih khusyuk dalam mengingat-Nya. Hal ini harus kita sadari. Mengapa? Agar kita selalu berbenah ke arah yang lebih baik dan lebih baik lagi. Dan agar kita tidak terlalu tinggi dalam menilai diri sendiri. Karena baik atau tidaknya diri kita hanya di akhirat nanti akan diketahui, bahwa kita termasuk golongan yang mana...? Ada begitu banyak orang baik yang memilih untuk tidak menjadi orang yang terkenal. Agar dia dan Allah saja yang tahu akan kebaikan-kebaikannya. Keikhlasan dan kejujuran menjadi kuncinya. Mungkin orang-orang itu ada di sekitar kita, ada di dekat kita. Mereka yang mempunyai banyak amal kebaikan. Yang bisa jadi kita nilai orang itu dia bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, dan kita yang lebih baik darinya. Tetapi sekali lagi...Siapa yang tahu...? Yang menilai Allah, bukan manusia. Pola pikir yang selalu menilai menggunakan kacamata yang tidak tepat misalnya menggunakan kriteria versi industri media, seringkali menimbulkan ketimpangan. Orang sering dinilai baik adalah orang yang terkenal. Jika kamu tidak terkenal, maka kamu bukan siapa-siapa. Padahal kalau kita membuka mata lebar-lebar, lihatlah banyak orang yang terkenal bukan karena kebaikannya tetapi karena hal yang sebaliknya, korupsi misalnya. Pastilah hal ini tidak layak untuk ditiru. Seorang Imam Syafi’i sendiri mengajarkan kepada kita, bahwa baik tidak berarti terkenal, ketika beliau berkata, ”Saya ingin sekali manusia mengetahui ilmu ini dan tidak menisbahkannya sedikitpun kepada saya selamanya... Agar aku diberi pahala karenanya dan mereka tidak memuji aku.” Ya, memang ada berjuta orang baik yang tak kita kenal... Karena bagaimanapun, kejujuran dan keikhlasan memancarkan kilauan dan sinar meskipun berjuta mata tidak melihatnya. Kita jangan buta pada keistimewaan orang lain. Menyembunyikan amal tidaklah mudah karena rongrongan nafsu menginginkan yang sebaliknya. Namun ada hal penting yang perlu kita catat di sini yakni, jangan pernah kita berhenti beramal dengan alasan takut tidak ikhlas. Seorang alim mengatakan, “Orang yang meninggalkan amal kerana takut tidak ikhlash, maka ia telah meninggalkan keikhlasan dan meninggalkan amal itu sendiri. Mari berlomba untuk menjadi baik... Semoga kita dapat reuni di jannah-Nya. Amin. Wallahua’lam... *Penulis adalah guru Bahasa Indonesia MTsN LAB UIN Yogyakarta Sumber Inspirasi  Ridho, Akram. 2007. Manajeman Diri Pemuda. Solo: Media Insani Publishing.  Tarbawi Edisi 99 Th. 6 / Dzulka’dah 1425 H / 6 Januari 2005 M. Pernah dimuat di majalah Bakti No 269 - THXX - November 2013

Ini buku Fiksi yang pernah Saya Baca. Bagaimana dengan Anda?

Fiksi (Novel /Kumcer/Antologi Puisi) yang pernah Saya baca. Hmm, tiba-tiba saya ingin mengetahu berapa puluh buku yang telah saya baca. Mengingat saya sejak SD sudah suka banget membaca. Apa saja, ya… Yuks, mari merapat. Ini tidak urut berdasarkan tahun terbit, bukan pula berdasarkan favorid. Urutan ini hanyalah yang terlintas dalam benak saya. Suka-suka gue, kurang lebih begitu…J 1. Flipped (terjemahan karya Wendelin Van Draanen) 2. Area X (Eliza V Handayani) 3. Road to the Empire (Sita Yudisia) 4. 9 Summers 10 Autums (Iwan Setiawan) 5. Petualangan ke Planet Tau Ceti 6. Cinta Semusim (Ifa Avianty) 7. Friend Ship love (Ifa Avianty) 8. Facebook on Love 1 (Ifa Avianty) 9. Facebook on Love 2 (Ifa Avianty) 10. Perahu Kertas (Dee) 11. Supernova 1: Ksatria Puteri, dan Bintang Jatuh (Dee) 12. Supernova 1: Akar (Dee) 13. Sebening Embun Pagi (Kusmarwanti) 14. Panggilan Rindu dari Langit (Kusmarwanti) 15. Anak-anak Merapi 16. Pelangi Cinta Kedua (Esa) 17. Selamanya Cinta 18. Diorama Sepasang Al Banna (Ari Nur) 19. Manusia-Manusia Langit 20. Kembara Kasih 21. Cahaya di atas Cahaya 22. Pingkan 23. Tembang di Padang 24. Hingga Batu Bicara 25. Hari-Hari Cinta Tiara (Helvy TR, Asma Nadia) 26. Serenade Biru Dinda (Asma Nadia) 27. Catatan Hati yang Cemburu (Asma Nadia) 28. Catatan Hati dalam Sujudku (Asma Nadia) 29. Menjemput Matahari (Al-Syifa aka Tentrem Widayati) 30. Sembilan Mata Hati 31. Aisyah Putri 1 (Dian YF) 32. Aisyah Putri 2 (Dian YF) 33. Golagong 34. Si Kembar Yusuf dan Yasmin 35. Titihan Pelangi 36. Ketika Mas Gagah Pergi (Helvy Tiana Rosa) 37. Bulan Dalam Jelaga (Dewi Fitri Lestari) 38. Cinta ya Cinta 39. Sebab Aku Cinta (Nurul F. Huda) 40. Bisikan Langit (Galang Lutfiyanto) 41. Di Balik Cahaya Rembulan 42. Peluru di Matamu (Afifah Afra Amatullah) 43. Merintihlah Dalam Tahajjudmu (Haidar Hibsy alias Kang Id) 44. Andriana Labirin Cinta di Kilometer Nol 45. 5 CM 46. Ranah 3 Warna (A. Fuadi) 47. Negeri 5 Menara (A. Fuadi) 48. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Tere Liye) 49. Bidadari-bidadari Surga (Tere Liye) 50. Hapalan Shalat Deliza (Tere Liye) 51. Eliana (Tere Liye) 52. Ayahku (bukan) Pembohong (Tere Liye) 53. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Tere Liye) 54. Negeri Para Bedebah (Tere Liye) 55. Pukat (tere Liye) 56. Burlian (Tere Liye) 57. Batas 58. 11 Patriot (Andrea Hirata) 59. Laskar Pelangi (Andrea Hirata) 60. Sang Pemimpi (Andrea Hirata) 61. Edensor (Andrea Hirata) 62. Maryamah Karpov (Andrea Hirata) 63. Cinta dalam Gelas & Padang Bulan (Andrea Hirata) 64. Twilight (terjemahan karya Steppen Meyer) 65. New Moon (terjemahan karya Steppen Meyer) 66. Eclipce (terjemahan karya Steppen Meyer) 67. Breaking Down (terjemahan karya Steppen Meyer) 68. Harry Potter dan Batu Bertuah (terjemahan karya JK Rowling buku ke-1) 69. Harry Potter dan Piala Api (terjemahan karya JK Rowling) 70. Harry Potter and the Half-Blood Prince (terjemahan karya JK Rowling buku ke-6) 71. Harry Potter and the Deathly Hallows (terjemahan karya JK Rowling buku ke-7) 72. Mereka Bilang, Saya Monyet (Djenar Maesa Ayu) 73. Ketika Cinta Bertasbih 1 (Habiburrahman El Shirazy) 74. Ketika Cinta Bertasbih 2 (Habiburrahman El Shirazy) 75. Ayat Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy) 76. Sepagi itu Kita Berpisah (Marga T) 77. Seri Trio Detektif: Misteri Nuri Gagap (Alfred Hitchcock) 78. Trio Detektif: Pengemis Buta Bermuka Rusak (Alfred Hitchcock) 79. Seri Trio Detektif: Misteri Tebing Menyala (Alfred Hitchcock) 80. Seri Trio Detektif: Misteri Perombak Ungu (Alfred Hitchcock) 81. Seri Trio Detektif: Misteri Manusia Gua (Alfred Hitchcock) 82. Seri Trio Detektif: Misteri Kaca-Kaca Remuk (Alfred Hitchcock) 83. Seri Trio Detektif: Misteri Jeritan Jam (Alfred Hitchcock) 84. Seri Trio Detektif: Misteri Merpati Berjari Dua (Alfred Hitchcock) 85. Seri Trio Detektif: Misteri Kemelut Kembar (Alfred Hitchcock) 86. Seri Trio Detektif: Bisnis Kotor (Alfred Hitchcock) 87. Seri Trio Detektif: Misteri Puri Setan (Alfred Hitchcock) 88. Seri Trio Detektif: Misteri Bisikan Mumi (Alfred Hitchcock) 89. Seri Trio Detektif: Misteri Kurcaci Gaib (Alfred Hitchcock) 90. Seri Trio Detektif: Misteri Gua Raungan (Alfred Hitchcock) 91. Seri Trio Detektif: Misteri Kucing Bengkok (Alfred Hitchcock) 92. Seri Trio Detektif: Misteri Naga Batuk (Alfred Hitchcock) 93. Seri Trio Detektif: Misteri Jejak Bernyala (Alfred Hitchcock) 94. Seri Trio Detektif: Misteri Singa Gugup (Alfred Hitchcock) 95. Seri Trio Detektif: Misteri Rumah yang Mengkerut (Alfred Hitchcock) 96. Seri Trio Detektif: Misteri Danau Siluman (Alfred Hitchcock) 97. Seri Trio Detektif: Misteri Teka-Teki Aneh (Alfred Hitchcock) 98. Seri Trio Detektif: Misteri Tengkorak Berbicara (Alfred Hitchcock) 99. Seri Trio Detektif: Misteri Anjing Siluman (Alfred Hitchcock) 100. Seri Trio Detektif: Misteri Tambang Jebakan Maut (Alfred Hitchcock) 101. Seri Goosebum: Jangan Sembarang Mengucap Keinginan 102. Seri Goosebum: Selamat Datang di Rumah Mati 103. Seri Goosebum: Pembalasan di Malam Hallowen 104. Seri Goosebum: Serbuk Ajaib 105. Seri Goosebum: Darah Monster 3 106. Gua Rahasia (Enid Blyton) 107. Roslina 108. Marsudi 109. Sisa Perang 110. Kalung Ajaib 111. Anak Gelandangan jadi Insinyur 112. Jalan Tembus 113. Isnaniah 114. Laila dan Surya 115. Menjadi Sahabat Pak Dokter 116. Taman Rahasia 117. Sang Penyihir dari Oz 118. Petualangan Tiga Kurcaci Gaib 119. Putri Mayang Mas 120. Seri Lupus: Sunatan Massa 121. Seri Lupus: Lupus Udah Dewasa 122. Seri Lupus: Tuyul 123. Detektif Club: Misteri Si Baju Hitam 124. Seri Lima Sekawan: Bahaya di Tanjung Badai 125. Seri Lima Sekawan: Menyergap Penyelundup Mutiara 126. Putri Tiga Dewi 127. Percikan Revolusi Subuh (Pramoedya Ananta Toer) 128. Korupsi (Pramoedya Ananta Toer) 129. Calon Arang (Pramoedya Ananta Toer) 130. Calon Arang (versi Bali karya Toeti Heraty) 131. Harimau-Harimau (Muhtar Lubis) 132. Belenggu (Armin Pane) 133. Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) 134. Bekisar Merah (Ahmad Tohari) 135. Senyum Karyamin (Ahmad Tohari) 136. Kubah (Ahmad Tohari) 137. Jantera Bianglala (Ahmad Tohari) 138. Salju di Paris (Sitor Situmorang) 139. Segulung Cerita Tua (Yanusa Nugroho) 140. Suara Perih Perempuan (Putri Kartini) 141. Pengakuan Pariyem (Linus Suryadi Ag) 142. Bukan Karena Kau (Toha Mochtar) 143. Pulang (Toha Mohtar) 144. Di Persimpangan Jalan (A.D. Donggo) 145. Sitti Nurbaya (Marah Rusli) 146. Salah Asuhan (Abdoel Moeis) 147. Azab dan Sengsara (Merari Siregar) 148. Larung (Ayu Utami) 149. Saman (Ayu Utami) 150. Garis Tepi seorang Lesbian (Herlina Tiens) 151. Derap Derap Tasbih 152. Totto Chan (terjemahan) 153. Ziarah (Iwan Simatupang) 154. Atheis (Achdiat K. Miharja) 155. Burung Burung Manyar (YB Mangunwijaya) 156. Burung Burung Rantau (YB MAngunwijaya) 157. Dokter Magazino (Ahmad Rahman) 158. Seribu Kunang-kunang di Manhattan (Umar Kayam) 159. Para Priyayi (Umar Khayam) 160. Jalan Menikung (Umar Khayam) 161. Malam Taman Sari (Suminto A. Sayuti) 162. Lampor (Joni Arianta) 163. Dari Avemaria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus) 164. Penganti Sepi (Evi Idawati) 165. Pembawa Matahari 166. Aku Tandai Tahi Lalatmu (Isbedy) 167. Dian Sastro for President 168. Dari Parangakik ke Kampuchea (NH Dini) 169. Namaku Hiroko (NH Dini) 170. Monumen (NH Dini) 171. Padang Ilalang di Belakang Rumah Kami (NH Dini) 172. Sebuah Lorong di Kotaku (NH Dini) 173. Pada Sebuah Kapal (NH Dini) 174. Keberangkatan (NH Dini) 175. Tirai Menurun (NH Dini) 176. Tarian Bumi (Oka Rusmini) 177. Dukamu Abadi (Sapardi Djio Damono) 178. Malu Aku Jadi Orang Indonesia (Taufik Ismail) 179. Tuhan Izinkan Aku menjadi Pelacur (Muhidin M. Dahlan) 180. Si Jamin dan si Johan 181. Robohnya Surau Kami (Ali Akbar Nafis) 182. Petrus (Seno Gumira Ajidarna) 183. Saksi Mata (Seno Gumira Ajidarna) 184. Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (Seno Gumira Ajidarna) 185. Kumpulan Tiga Sajak (Sutardji Calzoum Bachri) 186. Orang-Orang Rangkas Bitung (WS Rendra) 187. Romeo Juliet (terjemahan karya W. Shakespeare) 188. Arrrrrrgh (Melly Goeslaw) 189. Virgin (Agung Bawantara) 190. Layar Terkembang (S. Takdir Alisjahbana) 191. Belenggu (Amin Pane) 192. Puspa Indah Taman Hati (Eddy D. Iskandar) 193. Anak Perawan di Sarang Penyamun (S. Takdir Alisjahbana) 194. Tak Putus Dirundung Malang (S. Takdir Alisjahbana) 195. Student Hijo (Marco Kartodikromo) 196. Mata yang Malas (Fx Rudy Gunawan) 197. Dor (Putu Wijaya) 198. Telegram (Putu WIjaya) 199. Di Bawah Lindungan Ka’bah (Hamka) 200. Tenggelamnya Kapal Van Den Wijk (Hamka) 201. Cintaku di Kampus Biru (Ashadi Siregar) 202. Khotbah di Atas Bukit 203. Upacara (Corry Layun Rampan) 204. Wahai (Corry Layun Rampan) 205. Bunga (Corry Layun Rampan) 206. Surat Kecil untuk Tuhan 207. Senyum untuk Bunda 208. Arjuna Mencari Mati (Redi Panuju) 209. Sang Penari (Tan Tjin Siong) 210. Kisah Seribu Satu Malam (terjemahan oleh Husain Haddawy berdasarkan naskah Syria)

Ibu, Aku Rindu

Oleh Yeti Islamawati

Ibu, Aku Rindu
Di luar hujan. Gerimis. Senada dengan hatiku yang basah. Tanpa sadar ku senandungkan sebuah lagu…

Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu Oh ibu

Alloh izinkanlah aku
Bahagiakan dia
Meski dia telah jauh
Biarkanlah aku
Berarti untuk dirinya
oh ibu oh ibu kau ibu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu
oh ibu oh ibu
Sudah dua hari ini lagu tersebut menjadi lagu favoridku. Semua nada dering kuganti dengan nada itu.
***
Aku tak tahan menjadi orang rumahan. Apalagi menjadi beban ibu. Meskipun ibu tak pernah mengatakan aku sebagai beban. Aku iri dengan saudara-saudaraku yang dapat memberikan “sesuatu” buat ibu. Sementara aku tak pernah.
“Bu, Nining mau kerja saja. Nining bosan di rumah terus.
“Nining, bosan di rumah dengan ibu?”
“Bukan itu, Ibu. Nining ingin bekerja. Ingin mandiri.”
“Nining di rumah saja dengan Ibu. Pensiun ayah masih cukup untuk kita berdua. Sementara saudara-saudaramu yang lain juga sudah mentas.” Ucapnya sambil membelai rambutku.
Ibuku tidak menginginkanku jauh darinya. Aku anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.
***
Namun keinginanku untuk bekerja sudah tak terbendung lagi. Diam-diam aku mendaftar menjadi TKI di Hongkong. Hingga tibalah hari keberangkatan. Pagi-pagi sekali kutemui ibu.
“Ibu, Nining mohon maaf. Nining tak bisa pergi tanpa restu ibu.” Aku mengiba.
“Nining mau ke mana?” Ibu terkejut melihat kopor yang ada di belakangku.
“Nining mau jadi TKI di Hongkong. Hari ini berangkatnya.” Aku tak berani menatap mata ibu.
“Sudah minta izin kepada mas mas mu?” Tanya ibu. Aku diam. Tentu saja aku tak kan minta izin. Tak mungkin aku akan diizinkan.
“Aku mohon, Ibu. Sekali ini saja.”
Akhirnya ku peroleh restu ibu. Ku dekap erat dadanya. Sebetulnya aku tak ingin jauh dari dekapan ibu. Namun egoku yang lebih bekerja
Ya Allah, tolong jaga ibuku. Izinkan aku kembali untuk membahagiakannya. Rapalku berulang-ulang
***
Kini genap sudah dua tahun aku di Hongkong. Menjadi TKI tentu bukanlah impianku.
Aku memperpanjang kontrak kerjaku. Sekarang jabatanku kepala kasir di sebuah supermarket. Sebetulnya aku ingin menyudahi. Namun Nita, teman sekamarku mengatakan jika aku pulang, ketika kembali lagi aku harus mulai dari nol. Dan itupun membayar lagi. Tanpa pikir panjang aku mengikuti nasihatnya. Meski perasaan rindu ini semakin membuncah.
Namun baru beberapa hari berjalan dengan kontrak baruku, hatiku tak tenang. Aku sering mimpi tentang ibu. Bahkan tak jarang Nina membangunkanku karena aku mengingau.
Ibu, aku merindukanmu…Semalam ku tulis sajak untuk ibuku...
Sebait Sajak buat Ibu

Ibu...
Tak pernah selesai kata ini untuk aku ucapkan
Kata tak kan mampu melukiskan
apa yang ada di dalam hati secara tuntas
Biar Saja
Rasa cinta ini untuk dirasakan
bukan sekedar menjadi tulisan
Rasa sayang ini untuk dirasakan
tidak sekedar digoreskan
***
Ku hirup udara sore di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Persis seperti keberangkatanku yang diam-diam dan tiba-tiba. Kepulanganku pun demikian.
Aku tak peduli. Yang memenuhi pikiranku hanya ibu, ibu, dan ibu…
Ibu, aku pulang. Maafkan anakmu ini…

Catatan Hati untuk Guruku

Catatan Hati untuk Guruku

Guru adalah nafasku. Ibuku, ayahku, bapak mertuaku adalah guru. Kalau pun sekarang aku adalah seorang guru, itu bukan karena desakan dari siapapun. Aku mencintai pekerjaan ini.

Ssst… Pak Guru Wahban memang bapakku.
Pak Wahban adalah guruku di sekolah Beliau adalah guruku di rumah. Aku bersekolah di tempat bapak mengajar. Namun aku baru “diajar” Pak Wahban –demikian murid-murid memanggil bapakku- ketika aku duduk di kelas 5 SD.
Semula, ketika murid-murid yang menjadi kakak kelasku mengatakan kalau Pak Wahban adalah guru favorid mereka, aku mengira mereka berkata demikian karena aku anaknya. Namun dugaanku ternyata sungguh melesat. Aku akhirnya tahu bahwa yang dikatakan teman-teman dan kakak kelasku benar adanya. Aku semakin mengagumi sosok Pak Wahban sebagai seorang guru maupun sebagai seorang ayah.
Di sekolah, aku tidak dijadikan anak emas. Aku masih ingat saat temanku pagi-pagi mendekatku untuk bertanya tentang suatu hal.
“Yet, bocorin, dong soal ulangan nanti.” Tanya Nana sembari merangkulku.
“Hah bocorin? Mana bisa?” aku berdalih.
“Halah pelit. Takut nilainya kesaing, ya?”
“Siapa juga yang takut..” ujarku pasang mimik serius.
“Lantas?” kejarnya.
“Aku sama sekali tidak tahu soalnya.”
“Kamu nggak nyoba tanya?” Nana semakin mendesakku.
“Bener, Na. Aku nggak tahu. Kalau tahu, sudah pasti kamu aku beri tahu. Kan kamu sahabatku.” jawabku sejujurnya.
Itulah Pak Wahban guruku. Adil kepada semua murid-murid. Tak jarang aku kena marah karena hobiku memang cerita lebih tepatnya ngobrol alis ramai di kelas ketika guru sedang mengajar. Namun ketika di rumah, justru bapak yang memintaku untuk cerita banyak hal. Aku dibiarkan cerita. Beliau akan menjadi pendengar yang baik.

Pak Wahban dapat memetakan kelebihan murid…
Pak Wahban juga cukup jeli dalam membidik murid-murid. Dalam waktu relatif singkat beliau tahu mana muridnya yang pintar menyanyi, mana yang lihai mengarang, mana yang jago matematika.
Walaupun mengajar semua mata pelajaran, aku tahu, Pak Wahban paling senang mengajar matematika. Dan parahnya, nilai matematikaku selalu dikalahkan Deni, temanku. Kalau aku matematika dapat delapan, Deni paling tidak Sembilan. Kalau nilaiku 9, Deni 10. Kalau aku 10, coba tebak, Deni nilainya berapa? Tidak tahu. Kenapa? Karena itu belum pernah terjadi..he..he...
Pak Wahban terlihat bangga dengan nilai Deni yang tinggi untuk EBTANAS di pelajaran matematika. Sebagai seorang Bapak, di rumah memperbincangkan nilaiku yang kalah dengan Deni kepada ibuku. Aku dongkol sekali. Lebih dongkol karena pada akhirnya ketika pengumuman EBTANAS, total nilai Deni lebih tinggi dari nilaku. Padahal sewaktu PRAEBTA aku tertinggi. Demikian pula sehari-hari, aku hampir dipastikan mendapat peringkat satu. Sebagai guru Pak Wahban bangga terhadap Deni. Sebagai seorang ayah, Bapak tetap ingin aku yang tertinggi.
Aku ingat sekali ketika pelajaran kesenian, selalu temanku Tri  yang disuruh maju pertama kali. Suara temanku yang satu itu memang serak-serak basah. Merdu sekali.
“Tri, cita-citamu besok jadi apa?” Tanya Pak Wahban usai Tri menyanyi.
“Jadi artis, Pak. He..he..” jawab Tri cengar-cengir.
“Suaramu memang bagus, Nak.”
Kontan Tri tersipu-sipu sangat senang. Untuk hal ini aku tidak iri. Aku cukup tahu diri karena aku memang tak bisa sehebat Tri dalam bernyanyi.

Pak Guru Wahban  di mata murid-muridnya…
Suatu hari teman SD-ku Nana, menulis di inbok facebookku. Dia bercerita:
“Ada suatu hari, Yet, di mana ,anak-anak pada mengantuk. Sudah menjadi kebiasaan Pak Wahban akan mendongeng cerita lucu kalau murid-murid beliau pada ngantuk dan bosan. Ada satu cerita dari beliau yang membuat aku berkesan dan aku menjadi berubah lebih baik.
Cerita tentang anak yang tidak pernah mau shalat, durhaka.kepada kedua orang tuanya. Orang tua anak itu sudah marah banget pada anaknya,sampai dia menarik telinganya,tiba-tiba telinganya berubah menjadi telinga kambing. Tahukah kamu, dari dogeng Pak Wahban tersebut, aku menjadi takut meninggalkan shalat dan  mulai tertib shalat lima waktu. Alhamdulilah berkat dongeng beliau membawa perubahan pada diriku,yang sebelum mendengar dongeng itu aku nggak pernah mau shalat, Yet,
Jadi malu sih sebetulnya, tapi memang itu kenyataan.. Memang dongeng itu betul-betl berkesan dalam memoriku. Padahal itu karangan Pak Wahban saja..he..he.”
Pak Wahban seorang yang sabar menghadapi kelakuan,kami. Sewaktu SD dulu sampai sekarang jasa-jasa beliau selalu aku kenang.
Suatu hari teman SD-ku yang lain, Tri, juga menulis di inbok facebookku. Dia bertutur:
 “Mempunyai guru yang lucu tentu menyenangkan. Yaah.. itulah guruku sewaktu SD. Setiap mengajar ada selingan-selingan yang bisa membuat murid-murid tertawa sehingga tidak mengantuk, terutama aku yang hobinya tidur di kelas. Beliau juga sosok ayah yang baik bagi anak-anaknya. Kebetulan, anaknya menjadi murid dan sekelas denganku.
Setiap ayah pasti menginginkan nilai bagus diperoleh buah hatinya. ternyata keinginan itu terwujud karena hampir setiap catur wulan, anak -sekaligus temanku ini- mendapat rangking 1. Hingga ujian tiba, murid-murid tentunya sangat tegang menghadapinya. Tapi dengan jiwa yang momong, guruku mengajak muridnya untuk siap, berusaha, dan berdoa agar ujian bisa dilalui dengan baik. Akhirnya, sampailah kami saat pengumuman. Hasilnya cukup bagus. Murid-murid sebagian mendapat nilai tinggi, walaupun ada pula sebagian kecil rendah.
Sekarang guruku ini telah tiada. semoga jasa-jasanya akan tetap menjadi simpanan yang baik di akhirat kelak. Amin..”

Pak Wahban, guru yang unik…
Sepintas, Pak Wahban guru yang pendiam. Aku tahu ketika dulu aku masih sering duduk di kantor bersamanya. (duduk di kantor di sini dalam artian aku membuntut bapakku karena aku pulang menunggu bapak pulang). Tak banyak cakap yang tak perlu. Seperlunya saja. Lalu aku saksikan bapak menulis administrasi secara tertib. Atau di waktu yang lain lebih banyak membaca.
Humoris. Hampir tak ada kepenatan, bosan ataupun mengantuk ketika Pak Wahban mengajar. Sering terlontar dagelan-dagelan lucu. Lelucon beliau yang tidak dipaksakan mengalir begitu saja, membuat kami merasa lapang.
Tak jarang kami terhipnotis ketika Pak Wahban berubah menjadi dalang. Mendongeng kisah pewayangan. Kami yang bahkan tak tahu menahu tentang wayang akan menikmati ceritanya.
Suara beliau merdu ketika bernyanyi ataupun nembang. Di sela-sela mengajar tak jarang beliau bernyanyi. Lagunya berbagai macam. Antara lain tembang Jawa, lagu berjanjen (shalawatan), lagu barat, dan keroncong. Keroncong adalah lagu favorid beliau. Berkaitan dengan suranya yang merdu ini, Pak Wahban juga menjadi tim paduan suara guru-guru. Aku sering ikut ketika beliau latihan di pengdopo kantor dinas P dan K. Biasanya mendapat jatah suara ketiga yang tentu saja tidak mudah. Di sekolah, melatih grup paduan suara upacara bendera. Bahkan ketika perpisahan kelas, beliau juga yang melatih koor menyanyikan lagu Himne Guru.
Terlepas dari itu semua, sejujurnya kukatakan, wajah Pak Wahban juga ganteng. Kami semua merasa nyaman dibuatnya. He..he..

Pak Wahban guru yang pengertian…
Dulu, di sekolah kami ada anak yang sering tinggal kelas. Sebut saja Anto. Anto sering menjadi bahan ledekan karena wajahnya memang sudah tak pantas bagi anak usia SD. Biasanya yang meledek dengan parah adalah anak-anak SMA yang kebetulan gedungnya terletak tepat di belakang gedung sekolah kami.
Alhasil, sempat mogok sekolah. Ibunya menangis-nangis menemui Pak Wahban, mohon agar membujuk Anto untuk mau sekolah lagi. Singkat cerita Anto berangkat sekolah. Namun?
Olala…ternyata Anto tak mau memakai celana SD. Dia mengenakan celana jeans. Pak Wahban memperbolehkan asalkan kalau di dalam kelas celana jeansnya dilepas, menggunakan celana seragam SD. Kalau pulang pergi tidak masalah. Dan sebelum Anto kembali masuk sekolah lagi, Pak Wahban sudah mewanti-wanti kami sekelas agar tidak membicarakan tentang keanehan Anto dalam berpakaian. Jujur, kami sempat tidak sepakat. Sebenarnya kami “cukup senang” dengan ketidak hadiran Anto, karena anak itu sering membuat ulah, hingga salah satu di antara kami menangis.
Kami bahkan sempat mengira Anto menjadi anak emas karena hampir tidak pernah dimarahi. Namun sebuah pendekatan yang luar biasa sehingga Anto yang terkenal badng, dengan Pak Wahman manut.
Bertahun-tahun kemudian aku mendapat cerita bahwa akhirnya Anto mendapat ijazah SMU. Kami semua bersyukur karenanya.


 Pak Wahban guru yang tahu berterima kasih…
Suatu hari di bulan puasa, saat matahari bersinar dengan teriknya, pintu rumah kami ada yang mengetuk dari luar. Ini untuk yang kedua kali dalam satu jam belakangan. Ketika pintu dibuka, tampak wajah-wajah kakak kelasku yang merah karena kepanasan dan letih karena berjalan jauh.
Mereka mengabarkan bahwa ada salah seorang murid yang meninggal dunia. Jawaban Pak Wahban sungguh mengalirkan hawa sejuk.
Yo, tak tompo kabar seko kowe, Le. Matur nuwun banget. Terima kasih sekali atas kabar yang kalian sampaikan. Kalian sudah kepanasan dan jauh-jauh datang ke mari.”
Padahal aku tahu, sebelum mereka –kakak-kakak kelasku- datang, Pak Wahban sudah dikabari guru lain. Yang datang lebih dulu. Tentu saja, karena teman guru yang memberi kabar mengendarai sepeda motor.

Pak Wahban, guru yang iklas, sabar, dan penyayang…
Aku masih ingat rutinitas ini. Tentang kehidupan seorang guru. Gaji guru yang kadang tak mencukupi untuk hidup satu bulan. Lalu tentang beras kupon yang diterima ketika awal bulan. Pak Wahban mengecek bagaimana keadaan beras kupon. Kalau masih laik untuk dikonsumsi, beras tersebut di bawa pulang. Namun kalau berasnya tidak layak, beliau menukarkan beras tersebut dengan beras yang lebih baik. Tentu saja beratnya menjadi lebih sedikit.
Tidak ada motor. Pak Wahban naik sepeda menuju tempat mengajar. Sepeda sederhana. Sepeda jengki. Setiap hari. Aku dan ibuku menjadi penumpang setia. Aku dan bapak turun di gerbang SD, sementara sepeda itu akan terus melaju dinaiki ibuku menuju tempat beliau mengajar, yang masih selisih 3 km.
Pak Wahban sangat disayang murid-murid. Saat itu aku masih ingat.  Hari di mana banyak tangan-tangan kecil tengadah, berdoa, di sebuah kamar di rumah sakit. Saat Pak Wahban terbaring karena kecelakaan. Sepeda yang dinaiki tersurung colt hingga jatuh dan kepala membentur semen cagak tiang bendera.

Pak Wahban mengajarkan kedisiplinan tanpa kekerasan, memberi masukan tanpa mencela…
Beliau disiplin dalam mengajar. Ketika beliau  sedang menerangkan, kami harus mengikuti jalannya pembelajaran. Ini semacam kontrak belajar. Jadi ketika beliau sedang menerangkan tidak ada yang mencatat. Cukup menyimak dengan seksama. Kalau ada yang menanggapi ataupun bertanya tentu diperkenankan. Kalaupun ada yang ramai, cukup ditegur secara lisan, kami sudah tahu diri. Tak ada kekerasan. Tak ada pukulan kayu, tak ada penghapus yang melayang, dan tak ada bentakan.
Sementara, guru lain ada yang tak pernah lepas dari ranting kayu, atas nama ketertiban dan kedisiplinan.
Suatu hari, tanpa sengaja aku melihat salah seorang guru yang sedang marah-marah pada pesuruh di sekolah kami. Apa sebab? Dari pembicaraan yang aku tangkap karena gelas yang biasa untuk minum para guru kurang bersih katanya.
Saat itu Pak Wahban datang.
Mbok sampun, Pak.”
Lalu saat teman guru itu pergi, Pak Wahban berkata lirih pada Pak Pesuruh.
“Nggak, papa. Jangan dimasukkan hati.Kali lain coba dicuci lagi lebih bersih, ya, Pak. ” Pak Pesuruh mengangguk dengan tatapan mata terharu.
Hanya ucapan singkat itu kiranya telah membuat lebih baik. Pak Wahban memang tidak pernah membeda-bedakan statu seseorang. Bapak pesuruh di sekolahku dekat dengan beliau. Tidak pernah aku lihat berkata kasar atau dengan nada merendahkan.

Pak Wahban di bulan April tahun 2000, pada usia 50 tahun…
Kulihat wajah anak-anak yang khusyuk melaksanakan shalat jenazah, berhimpit dalam shaff dan barisan yang memanjang untuk guru kami, Pak Wahban… Selamat jalan, semoga ilmu yang bermanfaat dapat menemani beliau di alam kubur. Menjadi amal jariyah. Amin. Kami semua merasa kehilangan…
Ku saksikan lautan manusia melayat. Ada sanak saudara, handai taulan, teman guru, kenalan,  murid, mantan murid. Tak putus-putus menshalatkan beliau. Hingga beberapa hari setelah dimakamkan, masih banyak yang datang takzizah. Subhanallah. Bahkan ku dengar cerita dari temanku, di ruang guru piket SMU-ku cukup gaduh. Karena banyak yang minta izin untuk melayat mantan gurunya, Pak Wahban. Memang banyak alumni SD-ku bersekolah di SMU tempat aku sekolah. Saat itu aku duduk di kelas 1 SMU…






Pengusaha Muda Muslim menjadi Idola

Pengusaha Muda Muslim menjadi Idola

Firman Allah SWT dalam QS Al Jumu’ah ayat 10, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”

 A.       Arti Penting Pengusaha
Suatu hari saya membaca sebuah artikel tentang mengapa banyak  orang Yahudi pintar, yang diposkan oleh Chappy Hakim. Pada salah satu poin, saya temukan kalimat “Satu dari 6 anak Yahudi, diajarkan matematik dengan konsep yang berkait langsung dengan bisnis dan perdagangan. Salah satu syarat untuk lulus dari Perguruan Tinggi bagi yang Majoring-nya bisnis, adalah, dalam tahun terakhir, dalam satu kelompok mahasiswa (terdiri dari 10 orang), harus menjalankan perusahaan. Mereka hanya dapat lulus setelah perusahaannya mendapat untung 1 juta US Dollar. Itulah sebabnya, maka lebih dari 50% perdagangan di dunia dikuasai oleh orang Yahudi.”
Ini bukan dalam rangka mengunggulkan umat yahudi, namun hanya sebagai pembanding dengan apa yang ada di negara kita, Indonesia. Di Indonesia sepanjang yang saya tahu, dari bangku TK hingga SMA, belum ada kurikulum yang mengajarkan demikian. Padahal ini sangat berkaitan dengan lifeskill, kecakapan hidup manusia.
Menjadi sebuah keniscayaan ketika banyak pemuda yang tidak menganggap penting jiwa pengusaha. Dan lebih parah lagi, menjadi pemuda yang tergantung, orang tua menjadi satu-satunya jalan untuk mengabulkan keinginannya.
Belum lama, saya menemukan hal yang menarik dari tetangga saya yang duduk di kelas 3 SD. Faris -demikian nama anak tersebut-, sudah dapat menangkap peluang pasar. Dia berjualan layang-layang. Padahal hanya berjarak satu rumah ada juga toko yang menjual layang-layang. Saya lihat layang-layangnyal ebih laku daripada toko sebelahnya. Mengapa? Ternyata ada “sesuatu” yang menarik. Pembeli yang membeli sekaligus, dipasangkan layang-layangnya. Dan dipastikannya layang-layang tersebut bisa terbang. Inilah jiwa bisnis.
Artinya apa? Bahwa sebenarnya para pemuda, bahkan anak-anak negeri kita juga berpotensi untuk menjadi pribadi unggul, dalam hal ini pengusaha. Hanya saja perlu diarahkan agar lebih berbobot baik secara kualitas, maupun kuantitas.
Hal ini didukung pendapat Hasyim Abdullah, mengenai beberapa fakta mengenai kesuksesan. Bahwa kesuksesan itu tidak ada kaitannya dengan usia, bangsa, agama, keturunan, cacat fisik, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga. Siapa saja dapat menjadi pengusaha sukses.
Sudah saatnya kita melawan dominasi ekonomi yahudi dan nasrani, menggeser system ekonomi kapitalis dengan ekonomi Islam.

B.        Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan oleh Pengusaha Muda Muslim Saat Ini, agar kejayaan Islam di Masa Mendatang menjadi Nyata.

  1. Merekrut karyawan dari kalangan pemuda muslim itu sendiri. 
Pemuda adalah agen perubahan. Sebelum Muhammad saw diutus dan diangkat menjadi Rasulullah kehidupan beliau adalah seorang pengusaha/ entrepreneuship. Beliau adalah bussines owner dan juga investor.
Muhammad saw. memulai karir bisnis di usia 12 tahun. Perjalanan bisnis pertama adalah ketika mengikuti pamannya berdagang ke Syiria. Pada tahapan ini beliau masuk pada proses kerja magang (intership), sebagai pengusaha.

2. Saatnya  menjadi pioneer.
Pengusaha muda yang mempunyai keahlian atau ilmu dan modal harus memberdayakan pemuda lainnya untuk menjadi  pengusaha juga, sehingga akhirnya tidak ada pemuda yang menganggur, semuanya bekerja.

3. Mewujudkan peran (kontribusi) nyata bagi umat Islam.
Menilik bahwa setiap muslim dalam posisi apapun harus senantiasa berpikir, bertindak, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga, lingkungan, dan agama. Begitu juga bagi pengusaha muda muslim. Setiap wujud nyata kegiatan keislaman, baik skala kecil, menengah, maupun global haruslah didukung. Kalau dirasa ada kemampuan dalam bentuk apapun, terlibat secara langsung di dalamnya.
Dengan demikian dapat membuka mata bahwa berjuang untuk kejayaan Islam yang akan datang dapat melalui banyak cara. Salah satunya melalui bisnis, menjadi pengusaha.

4. Bekerja dengan hati
Seorang pengusaha tidak hanya melulu mencari laba. Dia juga harus mempunyai sikap sosial. Menjalankan roda bisnis dengan hati. Contohnya ada pengusaha yang ingin membuka usaha. Hendaknya dia merekrut anak yatim atau orang yang membutuhkan terlebih dahulu dengan  tanpa mengabaikan skill yang dimiliki tentunya. Seorang pebisnis muslim harus lebih memakai hati dibandingkan logika bisnis saja.
Mengapa? Karena peran dia  bukan hanya pebisnis saja, tetapi juga sebagai dai dalam bidang yang dia geluti. Yang akan menyebarkan nilai-nilai Islam, dalam hal ini menerapkan aturan Islam dalam usahanya, melalui prinsip-prinsip ekonomi Islam ke seluruh penjuru dunia. Dengan demikian bisnis jalan, dakwah juga jalan.
Salah satu caranya dengan menerapkan kejujuran, menjauhi riba, serta tidak menghalalkan segala cara. Ini penting dan bisa jadi menjadi ciri khas pengusaha muslim. Menjadi keharusan para pengusaha muda muslim mempunyai bekal ilmu, sehingga menguasai hukum-hukum yang terkait dengan jual-beli, hutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya.

5. Mempunyai landasan iman yang kokoh.
Dahulu, umat Islam pernah unggul, karena saat itu mereka menggunakan konsep Islam sebagai basis rujukannya. Misinya membebaskan manusia dari penghambaan terhadap makhluk, termasuk penghambaan terhadap harta benda.
Manusia-manusia paling terbelakang dari Jazirah Arab yang telah tersentuh tauhid, kemudian bangkit. Mereka mendatangkan buku-buku terbaik dari negeri lainnya, bahkan rela membayarnya dengan emas seberat timbangan buku tersebut. Mereka belajar dengan cepat untuk menguasai ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Pada gilirannya mereka menguasai kekuatan bidang militer serta kekuatan dan dominasi ekonomi. Mereka mampu mengungguli bangsa-bangsa besar lainnya.

6. Mempunyai sifat mandiri dan mampu menghargai diri sendiri
Kenapa mandiri? Salah satu faktor penghambat perkembangan muslim, khususnya para pemuda, karena kita terlalu memanjakan diri kita, sehingga ketika kita mendapatkan masalah, cenderung akan menyalahkan keadaan.
Menghargai di sini maksudnya kita harus lebih menghargai nilai-nilai kecil yang ada dalam diri kita. Dengan begitu kita sadar akan kelemahan dengan tetap melakukan usaha yang terbaik. Semua dari kita itu berpotensi. Allah SWT telah mengkaruniakan akal dan hati.

7. Hal lainnya adalah pengusaha muda muslim hendaknya inovatif, mempunyai pandangan yang luas, cerdas membaca peluang.
Sungguh ironi, keberadaan umat Islam saat ini, yang hanya dapat menjadi penonton, melihat bangsa lain menjarah. Padahal negeri-negeri Islam di dunia melimpah ruah karena kebodohan kita sendiri.


C.    Peran Pengusaha Muda Muslim untuk Kemajuan Islam di Masa Depan 
Peran pengusaha muda muslim untuk kemajuan Islam di masa depan sebagai berikut:
  1. Sebagai sumber dana dan fasilitator even yang diselenggarakan umat Islam.
  2. Sebagai teladan bagi umat Islam bahwa semakin kaya seseorang, semakin banyak sedekahnya.
  3. Sebagai gambaran bagi umat di luar Islam bahwa tidak ada larangan kaya dalam Islam.
  4. Menjadi pengusaha muda muslim berarti meneladani Rasulullah, saw. Dan para sahabatnya  dalam berbisnis.
Kalau para pemuda muslim dapat menjadi icon pemuda masa kini, alangkah hebatnya. Mereka akan bangga terhadap generasi muda dari kalangan mereka sendiri. Mengapa repot-repot mengidolakan Justin Bieber jikalau pemuda tangguh dan sukses bertebaran di sekitar kita. Bukankah demikian? Wallaahu a’lam bishowab.
  
D.        Daftar Pustaka
Abdullah, Hasyim. 2007. Muda Kaya Raya Mati Masuk Surga. Yogyakarta: SBS Publishing.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/01/16/muhammad-saw-dan-sahabat-sang-milyuner/


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba MYMC-AC.

Tentang Fatih

(Untuk Fatih, bacanya kalau udah bisa baca aja ya…:-))

Suatu saat di ruang periksa dokter kandungan langganan saya. Usai memeriksa, saya pun memasuki sesi konsultasi.
“Anak pertama laki-laki atau perempuan, Bu?” tanya dokter.
“Perempuan,” jawab saya.
“Wah, selamat, udah lengkap nih. Janin Ibu laki-laki.” ucap dokter tersebut tanpa saya minta menyebutkan jenis kelamin.
Senang? pasti dong. Manusiawi bukan? Walaupun bagi kami mengetahui jenis kelamin bayi bukanlah sebuah prioritas. Karena apapun jenis kelaminnya itu amanah dari Allah, bukan?
Minggu demi minggu terlewati. Seperti halnya pada kehamilan anak pertama, kehamilan anak kedua ini pun saya mesti "jatuh bangun" di awal-awal kehamilan.
Lalu datanglan panggilan untuk mengikuti diklat Prajabatan. Setelah memastikan kondisi saya dan janin saya sehat, saya pun melenggang ke Semarang. Masa prajabatan tak perlu diceritakan (biasalah di sana full kegiatan dan capek. Yang pasti bagi ib-ibu hamil dapat dispensasai duduk pas apel hehe).
Pulang prajabatan kami periksa lagi. Kondisi janin sehat, tapi…. letaknya! Kepala di atas. Sehingga disarankan memperbanyak sujud dan sebagainya.
Semakin mendekati hari H cek lagi… kondisi masih sama. Sehingga dokter menyarankan sesuatu yang amat saya takutkan, yaitu sesar!
Sebetulnya bukan sesar itu sendiri yang saya takutkan. Tapi lebih pada kesiapan kami. Jauh dari sanak saudara (ga jauh-jauh amat sih sebetulnya) tapi yang jelas kami hidup terpisah dan anak pertama saya juga masih batita. Selain itu juga mestinya biaya mahal kan?
Oke, kami lalu mencari second opini dari dokter kandungan lain. Jawabannya ternyata oh ternyata sama! Apa boleh buat, saya harus mendatangi RS tempat yang dituju untuk operasi sesar nanti, di sebuah Rumah Sakit di Jogja yang dikelilingi kampus  (tahu kan RS mana?:-) ).
Saya akan dieksekusi, eh, maksud saya akan disesar pada minggu pertama bulan Maret. Namun kalau sebelum tanggal yang ditetapkan mulas-mulas, harus segera ke RS. Tidak boleh di bidan karena posisi “sungsang”.
Dini hari di penghujung Februari saya merasakan tanda-tanda hendak melahirkan. Saya tunggu subuh untuk kemudian segera ke rumah sakit. Kenapa mesti nunggu subuh? Nggak enak-kan menetuk pintu tetangga -walaupun itu yang momong anak pertama saya- di pagi buta?
Maka pagi itu, setelah menitipkan Kakak Fathina ke tetangga, melajulah kendaraan kami membelah rintik hujan.
Sampai rumah sakit langsung masuk IGD. DI sana diobservasi. Lalu hal menarik terjadi. Saat itu dokter kandungan yang jaga perempuan, masih muda, dan terlihat pintar.
Sambil meng-USG dokter itu mengajak saya ngobrol-ngobrol yang intinya bagaimana kalau dicoba melahirkan normal. Dengan pertimbangan Bayi anak saya yang pertama beratnya 3,2 kg. Nah anak kedua ini diprediksi Cuma 2,8 kg. Mestinya bisa mudah lairan biasa. Walaupun tetap dengan resiko karena sungsang. Saya pun melihat secercah harapan untuk melahirkan normal.
Bismillah, setelah menandatangai semacam surat perjanjian jikalau terjadi “apa-apa” RS tidak bertanggung jawab, saya dibawa ke gedung terpadu untuk melahirkan karena tak lama lagi, prediksi dokter tersebut akan segera lahir.
Di ruang eksekusi kembali dokter tersebut mengingatkan saya bahwa semua mungkin akan ada resikonya. (hal mana sejujurnya itu membuat saya panik) Namun dengan sumi yang senanntiasa di samping saya, saya sudah yakin dan pasrah. Allah pasti menolong kami.
Singkat cerita, pada jam 7 hari Senin tanggal 28 Februari 2011 pagi anak kedua saya lahir, laki-laki, dengan berat 2,8 kg. Alhamdulillah langsung IMD.
Proses yang cepat sekali bukan? bahkan teman-teman sekantor saya kaget karena sehari sebelumnya, hari Minggu, saya masih mengikuti pengajian SAMARA yang diadakan di rumah Kepala Sekolah saya. Lalu ibu-ibu tetangga juga heran, karena minggu sore masih naik kereta kelinci.
Yang lebih mengejutkan lagi berita bahwa saya melahirkan normal, tidak jadi sesar. Dialah Muhammad Fatih. Begitulah, kalau Allah berkehendak, tak ada yang mustahil. Keajaiban doa itu selalu ada.
Nambah catatan: untuk teman-teman Prajab, terima kasih telah menemani hari-hari saya di sana. Hari-hari yang penuh kerinduan pada anak pertama

MATA YANG BICARA

Untuk Murid-muridku

ketika kutatap benik matamu
aku ingin matamu berbicara
tentang cinta, pengorbanan, kejujuran hingga semangat juang.
bukan saja untukku
tapi untuk generasi ke depan
yang bisa jadi mereka adalah anak cucuku
katakanlah lewat binar matamu
tentang janji ini
katakan dengan pesona matamu
akan sebuah kepercayaan
yang kubangun utuh untukmu
tentang kerajaan
yang kau sulam dalam mimpi-mimpimu
menjadi rajutan kenyataan hidupmu
jika kau ragu akan kataku
tataplah ke dalam bola mataku
lihat apa yang kau temukan di sana
maka itulah jawabku.

 19 April 2013 pukul 10:37

Tentang Kenangan Kita



Untuk adik-adikku. Saya tulis pada 8 Mei 2013 pukul 9:27
Aku mencoba merangkum kenangan masa kecilkubersama kalian di rumah tabon Mbah Pipi Bleberan

Sebentar, Mbah Pipi. Kalian tahu kan aku biasa memanggil demikian? Itu berasal dari Mbah Tivi. Kenapa? Konon zaman dahulu jarang orang yang mempunyai televise. Hanya segelintir orang yangmemilikinya, dan Mbah Pipi terasuk di dalamnya.

Masihkah kalian ingat?
Saat malam-malam kita bermain peran sekolah-sekolahan di ruang tengah dekat gandhok? Dan dek Arip menjadi guru yang tak pernah mati gaya. Kita pun terpesona dibuatnya. Sementara para orangtua kita sesekali tertawa –di tengah obrolan mereka dengan Mbah Pipi/pakdhe/bulik/omkita- menyaksikan kelucuan-kelucuan kita.

Masihkah kalian ingat?
Ketika malam beranjak larut dan mata-mata kita masih juga enggan terpejam, kita akan merengek pada bu Fat agar menceritakan kisah horror? Biasanya tentang cerita lemari simbah yang glodok-glodok di malam Jumat Kliwon. Sejujurnya aku ketakutan saat itu.

Masihkah kalian ingat?
Saat musim buah kepel tiba, kita berlomba menandai buahnya dengan nama-nama kita. Ku baca di sana tertera nama Nana, Agung, Desi, Yoyok, Yeti, Rizal, Arip, Arfian.

Masihkah kalian ingat?
Siang-siang duduk di bawah pohon dursasana membelah jeruk gulung yang berasal dari kebun Pakdhe Waqos. Atau mangga yang dipetik Dik Agung. Kita makan dengan bumbu lotis khas bu Fud (gula jawa doang).

Masihkah kalian ingat?
Minum air kelapa muda berikut makan degan. Eh, Kang siapa namanya itu yang manjat pohon?

Masihkah kalian ingat?
Saat hujan deras ikut belanja di warung Kang Suryono kita bercakar ayam dengan kaki dirapatkan agar tidak tergelincir. Tak lupa membeli biskuit kecil-kecil berbentuk hewan untuk kita makan bersama?

Masihkah kalian ingat?
Naik andongnya Kang Subak pergi bani nandi Bantul? Berdesak-desakan tentu saja.

Masihkah kalian ingat?
Lezatnya pepes jamur dan melinjo bakar hasil perburuan kita? Juga maem ketan bahan renginang simbah. Padahal itu maudicetak lho.

Masihkah kalian ingat?
Menyapu halaman rumah Mbah Pipi dengan dibagi petak-petaknya. Secara luas banget halaman rumah Mbah Pipi. Kalau belum bersih kata Bu Fat belum bleh sarapan. Aku yakin pasti itu cuma gertakan doang.

Masihkah kalian ingat?
Nyulet kembang apinya dik Rizal. Hey,mainan dik Rizal paling lengkap kan?

Masihkah kalian ingat?
Dik Nana yang dijemput ngga mau pulang. Hatiku selalu semendhot saat kita hendak berpisah untuk pulang bersama ibu bapak kita.

Masihkah kau Ingat Dik Desi?
Kita nari sarinande disertai  tebar bunga? Atau saat kita berdua mandi di sungai Progo, tiba-tiba air meluap. Kita panik dan pias. Syukurlah kita selamat. Pulang ke rumah tanpa ketahuan, karena kita sengaja pulang setelah bajunya kering. Weleh.

Hmm apa lagi ya? ada yang hendak kalian tambahkan?

Dan cerita ini, mari kita tutup dengan kenangan manis kita, akan orang-orang tercinta yang pergi mendahului kita untuk kembali pada Sang Pemilik Hidup kita.

Bapakku, (kalian menanggilnya PakdheWahban), lalu berikutnya Mbah Pipi, Bu Fujar, dan Lek Harto.
Semoga mereka berbahagia di alam sana.Semoga nantinya kita akan kembali reuni di sana (saat bagian ini kutulis, aku brebes mili).

And the last, aku menyayangi kalian. Selalu dan akan selalu demikian. Sampaikan salamku untuk suami/istri dan anak-ana kalian. Serta sungkem untuk para orang-tua kita...

Minggu, 10 November 2013

Kata-kata Mutiara

-      Mempunyai teman baik yang lurus dan tulus itu sebuah anugrah.

-      Dalam hidup seringkali kita dihadapkan pd byk pilihan. Maka haruslah kita berani memutuskan. Lalu tegarlah dalam menjalaninya.

-      Orang kuat selalu belajar dari keadaan.Orang lemah senantiasa menyalahkan keadaan dan lingkungan.

-      Suatu kejayaan itu tidak akan terulang hanya karena dikenang. Kejayaan butuh tindakan nyata. Kerja keras pantang menyerah.