Selasa, 12 November 2013

Tentang Kenangan Kita



Untuk adik-adikku. Saya tulis pada 8 Mei 2013 pukul 9:27
Aku mencoba merangkum kenangan masa kecilkubersama kalian di rumah tabon Mbah Pipi Bleberan

Sebentar, Mbah Pipi. Kalian tahu kan aku biasa memanggil demikian? Itu berasal dari Mbah Tivi. Kenapa? Konon zaman dahulu jarang orang yang mempunyai televise. Hanya segelintir orang yangmemilikinya, dan Mbah Pipi terasuk di dalamnya.

Masihkah kalian ingat?
Saat malam-malam kita bermain peran sekolah-sekolahan di ruang tengah dekat gandhok? Dan dek Arip menjadi guru yang tak pernah mati gaya. Kita pun terpesona dibuatnya. Sementara para orangtua kita sesekali tertawa –di tengah obrolan mereka dengan Mbah Pipi/pakdhe/bulik/omkita- menyaksikan kelucuan-kelucuan kita.

Masihkah kalian ingat?
Ketika malam beranjak larut dan mata-mata kita masih juga enggan terpejam, kita akan merengek pada bu Fat agar menceritakan kisah horror? Biasanya tentang cerita lemari simbah yang glodok-glodok di malam Jumat Kliwon. Sejujurnya aku ketakutan saat itu.

Masihkah kalian ingat?
Saat musim buah kepel tiba, kita berlomba menandai buahnya dengan nama-nama kita. Ku baca di sana tertera nama Nana, Agung, Desi, Yoyok, Yeti, Rizal, Arip, Arfian.

Masihkah kalian ingat?
Siang-siang duduk di bawah pohon dursasana membelah jeruk gulung yang berasal dari kebun Pakdhe Waqos. Atau mangga yang dipetik Dik Agung. Kita makan dengan bumbu lotis khas bu Fud (gula jawa doang).

Masihkah kalian ingat?
Minum air kelapa muda berikut makan degan. Eh, Kang siapa namanya itu yang manjat pohon?

Masihkah kalian ingat?
Saat hujan deras ikut belanja di warung Kang Suryono kita bercakar ayam dengan kaki dirapatkan agar tidak tergelincir. Tak lupa membeli biskuit kecil-kecil berbentuk hewan untuk kita makan bersama?

Masihkah kalian ingat?
Naik andongnya Kang Subak pergi bani nandi Bantul? Berdesak-desakan tentu saja.

Masihkah kalian ingat?
Lezatnya pepes jamur dan melinjo bakar hasil perburuan kita? Juga maem ketan bahan renginang simbah. Padahal itu maudicetak lho.

Masihkah kalian ingat?
Menyapu halaman rumah Mbah Pipi dengan dibagi petak-petaknya. Secara luas banget halaman rumah Mbah Pipi. Kalau belum bersih kata Bu Fat belum bleh sarapan. Aku yakin pasti itu cuma gertakan doang.

Masihkah kalian ingat?
Nyulet kembang apinya dik Rizal. Hey,mainan dik Rizal paling lengkap kan?

Masihkah kalian ingat?
Dik Nana yang dijemput ngga mau pulang. Hatiku selalu semendhot saat kita hendak berpisah untuk pulang bersama ibu bapak kita.

Masihkah kau Ingat Dik Desi?
Kita nari sarinande disertai  tebar bunga? Atau saat kita berdua mandi di sungai Progo, tiba-tiba air meluap. Kita panik dan pias. Syukurlah kita selamat. Pulang ke rumah tanpa ketahuan, karena kita sengaja pulang setelah bajunya kering. Weleh.

Hmm apa lagi ya? ada yang hendak kalian tambahkan?

Dan cerita ini, mari kita tutup dengan kenangan manis kita, akan orang-orang tercinta yang pergi mendahului kita untuk kembali pada Sang Pemilik Hidup kita.

Bapakku, (kalian menanggilnya PakdheWahban), lalu berikutnya Mbah Pipi, Bu Fujar, dan Lek Harto.
Semoga mereka berbahagia di alam sana.Semoga nantinya kita akan kembali reuni di sana (saat bagian ini kutulis, aku brebes mili).

And the last, aku menyayangi kalian. Selalu dan akan selalu demikian. Sampaikan salamku untuk suami/istri dan anak-ana kalian. Serta sungkem untuk para orang-tua kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar