Selasa, 12 November 2013

Penilaian Otentik sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Oleh Yeti Islamawati, S.S Masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan rendahnya mutu proses dan hasil pendidikan. Perhatikan fenomena berikut ini. Pasa saat pengumuman kelulusan, biasanya yang ditanyakan pertama kali oleh kebanyakan orang adalah “Lulus tidak? Nemnya berapa?” Bukannya “Lulus tidak? Bagaimana prosesnya? Hal utama harus kita pahami adalah bahwa belajar itu bukan semata-mata untuk mencari nilai namun untuk mendapatkan pengetahuan. Oleh karenanya, pembelajaran harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Dengan kata lain, produk belajar siswa bersifat kontekstual. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Menjadi poin penting, proses untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri perlu didokumentasikan. Inilah yang akan dibahas lebih lanjut oleh penulis, yaitu penilaian otentik. Secara umum penilaian mempunyai peran penting, antara lain: menggambarkan sejauh mana siswa telah menguasai suatu kompetensi, mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu memahami kemampuan dirinya, menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa, sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remidial atau pengayaan, menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya, dan sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan siswa. Penilaian otentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan siswa sebagai individual learner (pembelajar mandiri). Penilaian otentik bisa juga diartikan sebagai adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, penilaian ini tidak dilakukan di akhir periode saja (akhir semester). Kegiatan penilaian dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian otentik dilakukan secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai memang demikian yang sesungguhnya terjadi dan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi penilaian otentik menilai kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan penilaian otentik sangat erat hubungannya dengan kompetensi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2011: 23) bahwa tujuan penilaian otentik itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya peserta didik berpartisipasi dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal. Berdasarkan pemahaman ini penilaian otentik pada prinsipnya mengukur aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (Abidin, 2012: 168-169) Adapun hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa menurut Nurhadi (2004: 174) adalah proyek/kegiatan dan laporannya, hasil tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan), portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun), pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa , demonstrasi, laporan, jurnal, karya tulis, kelompok diskusi, dan wawancara. Menerapkan model penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Menurut Diane Hart, dalam pengantar yang sangat baik pada: A Handbook untuk Pendidik menyatakan berbagai kelebihan penggunaan model penilaian otententik, yaitu: 1) Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurang rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat menggganggu harga dirinya; 2) Penilaian otentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik; 3) Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa; 4) Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang. 5) Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa untuk mengajar. 6) Guru memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain melalui program pengujian tradisional. keterlibatan ini lebih mungkin untuk memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan dan sasaran program. 7) penilaian otentik menyediakan informasi yang berharga kepada guru pada kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi. 8) Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik dari persentil abstrak, perangkingan, dan pengukuran lain tes standar. Dari paparan yang telah dijabarkan, dapat kita ketahui bahwa dengan penerapan penilaian otentik, siswa dapat mencetak nilainya sendiri, dalam artian menentukan target nilai yang ingin dicapainya. Misalnya siswa ingin mendapatkan nilai 9, dia akan mengetahui langkah yang harus dilakukan selama proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar sehingga nilai 9 itu didapat. Untuk mendapatkan gambaran nilai di setiap kegiatan, siswa dapat memantau hasil “kerjanya” sendiri, -baik itu dalam penilaian kinerja, wawancara lisan, pertanyaan terbuka, ulasan peajaran, portofolio, maupun proyek- melalui lembar penilaian otentik. Dengan demikian, siswa akan terdorong untuk melakukan kegiatan secara maksimal sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Inilah benang merah antara penerapan penilaian otentik dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Referensi Abidin, Yunus, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. http://gurupembaharu.com/home/penilaian-autentik/ http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html http://artikel-uptd.blogspot.com/2012/10/penyusunan-konsep-penilaian-otentik.html (diunduh pada 4 Juni 2013 pukul 09.00 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar