Selasa, 12 November 2013

Berguru pada Murid

Keberhasilan murid dalam menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru ditentukan oleh banyak faktor, hanya saja yang paling dominan adalah guru dan murid. Keduanya dapat diibaratkan dua sisi keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan, di mana harus bersinergi agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, ketika mengajar, saya mencoba menempatkan saya di posisi mereka, kira-kira guru seperti apa yang mereka inginkan? Model bagaimana dan menggunakan media apa? Saya sering menyampaikan kepada murid untuk memberikan kritikan atau masukan, tentang strategi mengajar yang mereka inginkan. Seringkali murid memberikan argumentasi yang bervariasi, sehingga saya harus menyimpulkan strategi yang kira-kira mendekati keinginan mereka. Hal ini karena model pembelajaran yang digunakan adalah klasikal, sehingga harus ada penyeragaman materi, metode, media, maupun ketersediaan waktu. Jadi pembelajaran tersebut bukan hanya mengikuti selera beberapa murid saja, namun selera kelas, walau tidak menafikan adanya perbedaan titik tekan. Kaitannya dengan efektivitas dan efisiensi mengajar di kelas, saya pernah melakukan survai terhadap murid saya tenang guru yang mereka inginkan. Secara garis besar hasil survai tersebut menunjukkan sebagai berikut: 1. Murid menginginkan guru yang dapat menerangkan dan menjelaskan hingga paham, dalam bahasa Jawa sampai “dong” hingga nantinya mengatakan “ooo, begitu tho.” yang berarti indikator pembelajaran tercapai. Nah caranya bagaimana? Ini PR buat para guru. 2. Murid menginginkan guru yang adil. Maksudnya tidak pilih kasih, hanya yang pintar saja yang diperhatikan, namun yang kurang pintar diabaikan. Termasuk adil di sini adalah dalam memberikan hukuman Guru memang dituntut kesabarannya ketika ada anak yang masih bertanya dan minta dijelaskan lagi perihal yang mereka belum mengerti. meskipun materi tersebut dianggap mudah oleh sebagian murid. 3. Guru yang diinginkan adalah guru yang memiliki kepedulian dan perhatian kepada murid. Guru harus memiliki jiwa asih, asah, dan asuh terhadap semua murid, terutama mereka yang memiliki problematika kehidupan pribadinya. Bahkan ada kalanya guru harus memposisikan diri sebagai kakak dalam mengungkap suatu kasus atau dalam melakukan pendampingan. 4. Guru hendaknya memiliki sifat dan sikap yang baik seperti, ramah, tidak pelit, tidak sombong, bersemangat, bijaksana, menjaga kebersihan, dan kerapian. Memberikan contoh jauh lebih efektif daripada sekedar nasihat belaka. Sebagai contoh, kalau mau jujur masih banyak guru yang merasa tabu untuk mengatakan kepada murid bahwa “Materi ini saya belum tahu”, lalu mengatakan ini PR buat saya, lain kali akan saya jelaskan. Padahal hal tersebut secara implisit mendidik murid untuk bersikap jujur. Walaupun kita semua tahu bahwa seorang guru juga memiliki keterbatasan keilmuan. 5. Murid menyukai guru yang humoris kalau bahasa mereka: ga garing ga kaku, ga spaneng, ga jutek, ga cuek, gokil, gaul, nyambung, ga dingin, seru, mau diajak bercanda, up to date. 6. Dalam memberikan materi pelajaran, guru yang tidak disukai murid antara lain: overdosis dalam memberikan tugas dan PR, suka main perintah- sementara gurunya santai-santai-. Murid juga tidak suka guru yang galak -membentak-bentak hingga membuat otak blank-, sering menyindir, membeberkan kesalahan murid di depan kelas, menyalahkan tanpa disertai dengan alasan. Meskipun demikian, sikap tegas, berwibawa, dan disiplin tetap diperlukan, terutama dalam mengkondisikan siswa agar kelas menjadi kondusif. 7. Murid menginginkan guru yang pandai. Seorang guru dikatakan pandai jika ia piawai dalam memanage kelas pada saat KBM berlangsung. Hal ini dapat diaktualisasikan dalam penguasaan materi, penggunaan media pembelajaran yang baik, serta penggunakan model mengajar yang bervariasi? Seorang guru dituntut untuk banyak ide dan kreatif. Untuk itu, membaca menjadi harga mati, tidak hanya membaca buku, namun juga membaca situasi dan kondisi. 8. Murid tidak suka guru yang keminter dalam artian serba tahu -sementara murid dianggap tidak tahu-. Padahal kita menyakini bahwa dari rumah mereka pasti sudah mempunyai pengetahuan. Selanjutnya, dalam menerangkan sampai jelas, tidak berarti harus berlama-lama, karena justru bisa jadi menjadi bertele-tele dan membosankan. Apalagi jika guru hanya sibuk menerangkan tanpa melihat audience. sehingga banyak murid yang mengantuk, ramai, atau bahkan cuek karena merasa tidak diperhatikan. Dalam hal ini seorang guru dituntut dapat menerangkan dengan singkat, jelas, tapi murid paham. Kondisi seperti ini mudah ketika guru terbiasa menyampaikan konsep, bukan sekedar hafalan belaka sehingga penyerapan ilmu akan efektif. Hal-hal dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan KBM. Poin penting yang perlu kita garis bawahi adalah ketika murid diberikan sebuah kepercayaan bahwa mereka adalah patner terbaik kita, insya Allah mereka akan menjadi pribadi yang percaya diri. Inilah contoh konkrit asyiknya menjadikan murid sebagai guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar