Selasa, 12 November 2013

Ibu, Aku Rindu

Oleh Yeti Islamawati

Ibu, Aku Rindu
Di luar hujan. Gerimis. Senada dengan hatiku yang basah. Tanpa sadar ku senandungkan sebuah lagu…

Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu Oh ibu

Alloh izinkanlah aku
Bahagiakan dia
Meski dia telah jauh
Biarkanlah aku
Berarti untuk dirinya
oh ibu oh ibu kau ibu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu
oh ibu oh ibu
Sudah dua hari ini lagu tersebut menjadi lagu favoridku. Semua nada dering kuganti dengan nada itu.
***
Aku tak tahan menjadi orang rumahan. Apalagi menjadi beban ibu. Meskipun ibu tak pernah mengatakan aku sebagai beban. Aku iri dengan saudara-saudaraku yang dapat memberikan “sesuatu” buat ibu. Sementara aku tak pernah.
“Bu, Nining mau kerja saja. Nining bosan di rumah terus.
“Nining, bosan di rumah dengan ibu?”
“Bukan itu, Ibu. Nining ingin bekerja. Ingin mandiri.”
“Nining di rumah saja dengan Ibu. Pensiun ayah masih cukup untuk kita berdua. Sementara saudara-saudaramu yang lain juga sudah mentas.” Ucapnya sambil membelai rambutku.
Ibuku tidak menginginkanku jauh darinya. Aku anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.
***
Namun keinginanku untuk bekerja sudah tak terbendung lagi. Diam-diam aku mendaftar menjadi TKI di Hongkong. Hingga tibalah hari keberangkatan. Pagi-pagi sekali kutemui ibu.
“Ibu, Nining mohon maaf. Nining tak bisa pergi tanpa restu ibu.” Aku mengiba.
“Nining mau ke mana?” Ibu terkejut melihat kopor yang ada di belakangku.
“Nining mau jadi TKI di Hongkong. Hari ini berangkatnya.” Aku tak berani menatap mata ibu.
“Sudah minta izin kepada mas mas mu?” Tanya ibu. Aku diam. Tentu saja aku tak kan minta izin. Tak mungkin aku akan diizinkan.
“Aku mohon, Ibu. Sekali ini saja.”
Akhirnya ku peroleh restu ibu. Ku dekap erat dadanya. Sebetulnya aku tak ingin jauh dari dekapan ibu. Namun egoku yang lebih bekerja
Ya Allah, tolong jaga ibuku. Izinkan aku kembali untuk membahagiakannya. Rapalku berulang-ulang
***
Kini genap sudah dua tahun aku di Hongkong. Menjadi TKI tentu bukanlah impianku.
Aku memperpanjang kontrak kerjaku. Sekarang jabatanku kepala kasir di sebuah supermarket. Sebetulnya aku ingin menyudahi. Namun Nita, teman sekamarku mengatakan jika aku pulang, ketika kembali lagi aku harus mulai dari nol. Dan itupun membayar lagi. Tanpa pikir panjang aku mengikuti nasihatnya. Meski perasaan rindu ini semakin membuncah.
Namun baru beberapa hari berjalan dengan kontrak baruku, hatiku tak tenang. Aku sering mimpi tentang ibu. Bahkan tak jarang Nina membangunkanku karena aku mengingau.
Ibu, aku merindukanmu…Semalam ku tulis sajak untuk ibuku...
Sebait Sajak buat Ibu

Ibu...
Tak pernah selesai kata ini untuk aku ucapkan
Kata tak kan mampu melukiskan
apa yang ada di dalam hati secara tuntas
Biar Saja
Rasa cinta ini untuk dirasakan
bukan sekedar menjadi tulisan
Rasa sayang ini untuk dirasakan
tidak sekedar digoreskan
***
Ku hirup udara sore di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Persis seperti keberangkatanku yang diam-diam dan tiba-tiba. Kepulanganku pun demikian.
Aku tak peduli. Yang memenuhi pikiranku hanya ibu, ibu, dan ibu…
Ibu, aku pulang. Maafkan anakmu ini…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar